Laman

Rabu, 28 Mei 2014

Film dan Ilmu Budaya Dasar


Tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka teki malam…. Tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka teki keadilan

                Kata kata tersebut merupakan potongan dari sebuah lagu dari soundtrack sebuah film yang judul lagu dan filmnya sama yaitu “GIE” . GIE merupakan sebuah film karya anak Indonesia yang juga menceritakan salah seorang tokoh terdahulu di Indonesia bernama Soe Hok Gie . Beliau merupakan seorang pemuda yang juga seorang aktivis namun memiliki pemikiran yang sangat berbeda dari kebanyakan para pemuda Indonesia pada zaman itu . Beliau bukan orang yang takut untuk mengungkapkan pendapat serta tidak ragu untuk menentang pemerintahan yang terjadi pada zaman itu .



Pada postingan kali ini saya akan menghubungkan film GIE ini dengan beberapa Ilmu Budaya Dasar.

Silahkan disimak…

Berkas:Gie film poster.jpg
  

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya , film besutan sutradara Riri Riza pada tahun 2005 ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang pemuda bernama Soe Hok Gie . Film ini diambil dari kisah nyata yang bersumber dari sejarah hidup sang tokoh .

Siapa sebenarnya Soe Hok Gie ?


Berikut sedikit biografi dari Soe Hok Gie diambil dari Wikipedia.
 


Soe Hok Gie (lahir di Djakarta, 17 Desember 1942 – meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember 1969 pada umur 26 tahun) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.
    Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Tiongkok.
    Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983) yang berisi opini dan pengalamannya terhadap aksi demokrasi.
    Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
    Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).
    Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.
    Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis ketika sedang melakukan aktivitas kegemarannya yaitu memanjat gunung.



Dalam film ini sosok seorang Soe Hok Gie yang diperankan oleh salah seorang aktor muda bebrakat indonesia Nicholas Saputra digambarkan sangat jelas berbeda dengan mahasiswa mahasiswa kebanyakan pada saat itu . Soe Hok Gie memiliki kehidupan dan pemikiran yang sangat berprinsip , kritis , dan nasionalis. Film ini dapat menjadi suatu inspirasi bagi kalangan mahasiswa untuk dapat menjadi generasi yang memiliki pemikiran yang kritis untuk menanggapi berbagai hal dan berpendirian yang kuat.



Apabila dikaitkan dengan Ilmu Budaya Dasar , dapat dijabarkan sebagai berikut  :
 

·         Film GIE ini sangat berhubungan dengan bab “Manusia dan Pandangan Hidup” . Sebab sosok seorang GIE memiliki pandangan hidup yang idealis dan kritis. Beliau tidak takut untuk menentang PKI pada zaman itu dan menyampaikan aspirasinya dari tulisan tulisannya di media massa sampai dengan beliau mendapatkan banyak simpati dari publik meski hal tersebut memprovokasi banyak musuhnya pada waktu itu.
 


·         Film GIE ini juga berhubungan dengan bab “Manusia dan Keadilan” , hal ini dapat dilihat dari salah satu scenenya yang menggambarkan ketika GIE sewaktu duduk di bangku sekolah dahulu mendapatkan nilai ujian yang lebih rendah dibandingkan temannya. Ia yakin bahwa nilai temannya itu dipengaruhi oleh status temannya yang merupakan seorang keponakan dari salah satu gurunya , dan juga ketika nilai ulangannya dikurangi oleh gurunya ketika ia mengoreksi kesalahan dari ajaran gurunya , gie pun mencoba meminta keadilan disini .



·         Bab “Manusia dan Penderitaan” , pada hal ini digambarkan dari kisah hidup GIE dan scene di film ini yang menggambarkan kehidupannya mulai kacau karena diterror dan dikejar kejar oleh musuhnya . Ia tidak berani untuk berdiam diri di rumahnya. Hal ini disebabkan oleh tentangan GIE kepada pemerintahan zaman itu yang menimbulkan pemberontakan dari beberapa kaum yang setuju dengannya . Beberapa orang yang ditentangnya mencoba mencari dirinya untuk selanjutnya membuat GIE tidak lagi dapat beraspirasi. Pada tahap ini kehidupannya sempat kacau dan sangat menderita.



·         Manusia dan Cinta Kasih” , untuk bab ini yang dapat diambil adalah beruntungnya Soe Hok Gie memiliki orang orang yang masih mencintai dan menyayangi dirinya . Teman teman dan kerabatnya serta salah satu teman wanitanya yang bernama Ira (diperankan oleh Sita Nursanti) yang sangat setia mendampinginya . Namun dalam film ini kisah cinta diantara keduanya tidak terlalu ditonjolkan sehingga menimbulkan pemikiran bahwa Ira hanya merupakan tokoh tambahan saja diluar kisah nyatanya pada zaman dulu.



Berikut beberapa hal yang dapat dipaparkan untuk hubungan sebuah film dengan Ilmu Budaya Dasar. Film GIE ini saya pilih karena film ini sangat menginspirasi terutama bagi kalangan Mahasiswa pada saat ini dengan kenyataan zaman yang seperti ini lebih membutuhkan banyak generasi generasi muda yang dapat berpikiran seperti Soe Hok Gie ini .



Menurut saya , film ini walaupun merupakan film lama namun merupakan salah satu film terbaik Indonesia dan sangat direkomendasikan untuk ditonton . Ada beberapa kutipan dari Soe Hok Gie yang dapat kita jadikan sebagai Inspirasi antara lain "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan." dan  Saya tidak mau jadi pohon bambu , saya mau jadi pohon oak yang berani menantang angin” .

 
 Trailer Film GIE 



Pada akhir film ini terdapat sebuah penggalan puisi yang memiliki makna yang dalam dengan penyampaian yang sangat apik pada film ini , berikut cuplikannya...


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes